Pasaman Barat | AndoraNews : Anjing Gila yang menggigit sebelas warga di Jorong Simaninggir dan Jorong Aek Nabirong, Nagari Pematang Panjang, Kecamatan Koto Balingka, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat, pada Minggu (3/3/2024), dinyatakan positif rabies. Kesebelas korban yang digigit anjing liar itu berisiko tinggi tertular virus rabies.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), Roni HEP melalui Unit Teknis Kesehatan Hewan, Drh. Muhammad Toras mengatakan sampel otak anjing yang menggigit sebelas warga itu telah diuji di Laboratorium Balai Veteriner Bukittinggi. “Hasilnya sudah kami terima. Anjing tersebut dinyatakan positif rabies,” katanya saat dikonfirmasi, Rabu (6/3/2024).
Drh. Muhammad Toras menjelaskan kesebelas warga yang digigit anjing rabies sudah mendapatkan vaksin antirabies (VAR). Adapun, VAR diberikan kepada seluruh korban pada hari yang sama saat tergigit.
“Sekarang kita menunggu jadwal Vaksin kedua seminggu setelah Vaksin pertama,” jelasnya.
Meski masih menunggu jadwal vaksin kedua, dr Toras melanjutkan, pemberian VAR terhadap seluruh korban gigitan hewan penular rabies (HPR) tetap dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. Ia meminta masyarakat yang menjadi korban gigitan anjing untuk segera melapor ke fasilitas kesehatan terdekat. “Sehingga mendapatkan penanganan yang tepat, jangan sungkan-sungkan jika masih ada yang merasa kena gigitan,” tegasnya.
Sebelas warga di Nagari Pematang Panjang, digigit anjing liar pada Minggu (3/3/2024). Salah satu korban bocah berusia 1 tahun sebelumnya disebut tergigit di bagian wajah. “Kita tidak mau main-main terhadap kasus seperti ini. Apalagi, kasus ini sangat beresiko sekali. Untuk itu kami himbau kepada seluruh masyarakat agar segera melapor apabila masih ada yang merasa kena gigitan anjing liar,” himbaunya.
Selain itu ditegaskannya juga, agar seluruh masyarakat bersedia untuk hewan ternaknya divaksin. Jangan, mengelak demi keselamatan masyarakat banyak,” pintanya.
Drh. Muhammad Toras menyebutkan pihaknya sudah berusaha untuk melakukan edukasi pada masyarakat. Tapi masih banyak masyarakat enggan membawa peliharaannya untuk mendapat vaksin rabies. Di beberapa kasus bahkan hewan disembunyikan.
“Kami dari dinas dari tahun ke tahun melakukan komunikasi, edukasi, namun namanya merubah perilaku gampang-gampang susah. Di daerah ini kalau mau divaksin, anjingnya disembunyikan, takut anjingnya mati,” jelasnya. (Bisri Batubara)